Catatan harian si pengembara dalam samsara

Archive for October 9, 2009

Sarang Laba-laba

Pagi itu sebelum sarapan… seorang kawan memanggilku… ia bilang, “Lihat laba-laba itu… hujan deras dan angin begini kencangnya… ia tetap bertahan di rumahnya.. luar  biasa !! Bahkan rumahnya pun tidak hancur padahal benang-benangnya begitu halus… tidak seperti aku.. begitu lemah… saat bertemu dengan masalah.”

Aku diam… memperhatikan sarang laba-laba itu… siapa yang mengjarkan ia membuat rumahnya sehingga rumahnya begitu kuat ? Tidak pernah belajar menghitung seperti kita.. tidak pernah mengerti tentang ilmu Geofisika.. tapi jalinan benang-benang itu begitu rapi.. begitu kuat.. begitu mantap.. walaupun ditiup angin yang sangat kencang.. sarang itu tidak tergoyahkan.. kecuali kita, manusia, yang menghancurkannya.

Aku jawab.. “Menurutku, laba-laba itu tidak hebat. Aku tetap mau menjadi manusia… walaupun hujan lebat dan angin kencang aku bisa sakit.. tapi aku bahagia karena aku jadi manusia. Lihat laba-laba itu.. menurutku dia bodoh.. kenapa dia tetap mempertahankan rumahnya walaupun cuaca sudah tidak memungkinkan ??? Begitu besar hujan dan angin… mengapa ia harus bertahan di rumahnya ?? Kenapa ia begitu melekat dengan rumah yang bisa ia bangun di mana saja dan kapan saja ???

Temanku tersenyum… cinta telah membuatnya seperti laba-laba yang tidak mau meninggalkan sarangnya padahal hujan dan angin mungkin akan mengancam kehidupannya. Apakah kita juga seperti laba-laba itu ??

PADANG 8 Oktober 2009

Dari bogor, jam 05.20 gua udh meluncur keluar vihara menuju bandara Soekarno Hatta karena kami, bersembilan orang, harus sudah berkumpul di sana pukul 06.30. Pagi-pagi tidak macet… tapi pikiran gua jalan-jalan mikir sendiri.. “Kaya apa ya suasana di sana ??” “Apa seperti di Aceh, bau mayat ??” “Apa seperti di Bantul, batu bata berserakan di mana-mana ??” Atau… kgak taulah… pikiran terus menari-nari karena cukup tegang juga ya, membayangkan gua ada di tempat terjadinya gempa besar ini..

Sampai Padang sekitar jam 09.30.. kami berkeliling kota.. melihat bangunan-bangunan yang rusak.. bangunan yang miring ke kiri, bangunan yang  hancur.. bangunan yang lantai satu nya hilang.. mobil-mobil yang ringsek, orang-orang yang terluka parah.. rumah sakit yang retak-retak.. para tentara yang bikin tenda besar banget buat ditidurin karena bangunan mereka roboh.. hotel-hotel yang pada hancur.. kantor-kantor, mall, dan bangunan keren yang luar bagus dalamnya pada jebol..

Wah… sebentar lagi Padang akan jadi kota WISATA GEMPA.. banyak orang yang sengaja naik motor, naik mobil kaya di Aceh gitu.. buat melihat sisa-sisa peninggalan “sejarah” gempa tgl 30 September 2009.. Hiks… padahal hari itu kejadian.. semua jalanan dipenuhi manusia-manusia, yang menangis, berteriak, yang kalut, yang sedih, stres, terluka.. ketakutan, kecemasan.. anak kecil, ibu, bapak, kakek, nenek, paman, bibi.. semua keluar untuk menyelamatkan diri… tapi di balik keresahan-keresahan itu.. masih juga ada tangan-tangan yang jahil.. yang mengambil harta milik orang lain.. Ooohhh..

Terdengar kembali lagu Ebiet, “Ini bukan hukuman.. ini hanya satu isyarat.. bahwa kita mesti banyak berbenah… ” Mari kita sama-sama berbenah hati, berbenah batin.. jangan jadi manusia serakah, jangan jadi manusia iri hati, jangan jadi manusia jahat.. mari kita saling berbagi, saling memberi.. saling melindungi… supaya kita semua terhindar dari semua bencana ini.. 

Rumah sakit

Rumah sakit, korban di Hotel Ambacang yang ditemukan masih hidup 2 hari yang lalu.